Doa Agar Istiqamah
Bersama Pemateri :
Ustadz Syafiq Riza Basalamah
Doa Agar Istiqamah adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Al-Adabul Mufrad. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A. pada Senin, 26 Al-Muharram 1442 H / 14 September 2020 M.
Kajian sebelumnya: Doa Sapu Jagat
Ceramah Agama Islam Doa Agar Istiqamah
Hadits 683
Kata Imam Bukhari: Telah mengajarkan kepada kami Al-Hasan bin ar-Rabi’, dia berkata: Telah mengajarkan kepada kami Abul Ahwash, dia meriwayatkan dari al-A’masy, dari Abu Sufyan dan dari Yazid, dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata, “Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam seringkali berdoa:
يَا مُقَلِّبَ القُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ
“Wahai yang membolak-balikkan hati, tetapkan hatiku diatas agamaMu.”
Kenapa Nabi sering membaca doa ini? Sampai ada yang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Apakah engkau takut dengan kondisi kita?” Nabi menjawab:
نَعَمْ، إِنَّ الْقُلُوبَ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ، يُقَلِّبُهَا كَيْفَ يَشَاءُ
“Iya, hati (yang merupakan sumber untuk segala kebaikan) itu berada diantara jemari-jemari Allah. Allah bolak-balikkan sekehendakNya.” (HR. Tirmidzi)
Kalau hatinya baik, semuanya baik. Tapi kalau hatinya buruk, semuanya jadi buruk.
Kenapa kita minta ditetapkan hati kita di atas agama Allah? Karena ada banyak fitnah dalam kehidupan kita. Fitnah ini dapat menyebabkan sebagian orang yang saat ini beriman, saat ini mendengarkan kajian, saat ini mungkin sedang membaca Al-Qur’anul Karim, tapi bisa jadi akhir hidupnya tidak diatas keimanan. Oleh karena itu Allah Jalla Jalaluhu mengatakan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّـهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ ﴿١٠٢﴾
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa dan jangan kalian mati kecuali dalam kondisi Islam.” (QS. Ali-Imran[3]: 102)
Karena sejatinya yang menjadi standar Antum orang baik atau buruk bukan di awal, bukan di pertengahan, tapi di akhirnya. Maka Nabi selalu meminta kepada Allah agar ditetapkan hatinya diatas agama ini sampai ajal datang menjemput.
Kita berada di dunia. Kalau kita melihat ada banyak perlombaan di sini. Pernah melihat pacuan kuda, lari, atau apa saja yang manusia berlomba ketika itu. Kadangkala kita melihat ada orang yang waktu start dia lambat, tapi ada waktu start dia begitu kencangnya. Apakah start itu menjadi standar dia menang? Jawabnya tidak, nanti di tengah-tengah ternyata dapat mendahului, apakah saat itu dia menang? Jawabnya tidak. Lalu siapa yang menang? Yaitu yang sampai finish terlebih dahulu.
Ukuran kemenangan itu sampai finish duluan, tidak peduli engkau waktu start ketinggalan, tidak peduli engkau waktu di tengah-tengah tabrakan lalu terjatuh, yang penting engkau sampai finish duluan. Dan bisa jadi finish kita malam ini, bisa jadi besok pagi, kita tidak tahu.
Makanya kalau berbicara minta ditetapkan hati kita di atas agama Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena kita tidak tahu kapan akan berakhir. Bagaimana Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menceritakan:
إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا غَيْرُ ذِرَاعٍ
“Ada orang yang beramal dengan amalan penghuni surga sehingga tidak tersisa antara dia dengan surga kecuali satu hasta.”
فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا
“Tinggal satu hasta lagi masuk surga, tapi ketika itu dia beramal dengan amalan penghuni neraka lalu mati diatas amalan itu dan dia masuk neraka.” (HR. Bukhari)
Dan ada yang beramal dengan amalan penghuni neraka, antara dia dengan neraka tinggal satu hasta kemudian datang catatan dia, dia beramal dengan amalan penghuni surga, mati dalam kondisi itu dan dia masuk surga.
Itu yang menjadi ukuran. Lalu bagaimana dengan orang yang berangan-angan bahwa nanti saya akan beramal dengan amalan penghuni surga dan saya akan masuk surga? Maka kita jawab, Subhanallah, kita tidak tahu kapan antum akan mati, berapa banyak orang yang shalat isya’ ngga pernah shalat subuh, dia mati. Tidak sedikit orang yang keluar dari rumahnya dalam kondisi segar bugar ternyata pulang dalam kondisi sudah di kamar mayat dan harus dijemput di rumah sakit.
Jadi hadits tadi memotivasi kita bahwa seharusnya engkau yang berbuat dosa, segera tobat, mungkin kau besok mati. Dan engkau yang berkembang shalih, istiqqmah terus, jangan ada bisikan-bisikan yang mengatakan kepadamu: “Tenang engkau hari ini beramal dengan amalan penghuni neraka, besok pagi taubat,” dan ternyata engkau tidak pernah melihat fajar menyingsing.
Tetap istiqamah, minta kepada Allah. Inilah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam meminta kepada Allah keistiqamahan.
يَا مُقَلِّبَ القُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ
“Wahai yang membolak-balikkan hati, tetapkan hatiku diatas agamaMu.”
Dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:
بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ
“Kalian segera beramal.”
Kalau bicara bagaimana supaya hati kita tetap diatas agama Allah, mau tidak mau kita harus beramal, membiasakan diri kita untuk istiqamah, tidak menunda-nunda sampai ajal datang menjemput kita kita belum beramal.
بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ. يُصْبِحُ الرَّجُلُ فِيْهَا مُؤْمِناً وَيُمْسِي كَافِراً
“Segeralah beramal sebelum datang fitnah-fitnah seperti potongan malam yang gelap gulita. Paginya beriman sorenya kafir.” (HR. Muslim)
Apakah ini mungkin? Maka jawabnya adalah mungkin. Maka doa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, seringkali beliau membaca itu karena beliau tahu dengan kondisi yang akan kita hadapi. Ada fitnah-fitnah yang datang silih berganti yang membuat seseorang paginya beriman dan sorenya kafir, sorenya beriman paginya kafir. Apa yang terjadi dengan orang ini?
يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا
“Dia menjual agamanya…” (HR. Muslim)
Kalau doa Nabi meminta agar ditetapkan diatas agamanya, orang ini menjual agamanya, mungkin untuk mendapatkan jabatan yang dia inginkan, mungkin uang, mungkin kenyamanan.
Mungkin orang-orang yang menjual agamanya ini berfikir: “Sekarang saya jual, nanti saya balik lagi ke Islam.” Padahal siapa yang menjamin?
Bagaimana penjelasan selanjutnya? Mari download mp3 kajian dan simak pembahasan yang penuh manfaat ini.
Download MP3 Kajian Doa Agar Istiqamah
Podcast: Play in new window | Download
Download mp3 yang lain tentang Al-Adabul Mufrad.
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/49027-doa-agar-istiqamah/